Romantisme tiupan bunga putih

22.04.00



Kita hanya tertawa riang saat kau dengan polosnya meniup bunga putih dihadapanku. Dengan ekspresi yang begitu natural kau tatap mataku bagai menatap peri yang baru saja turun dari kahyangan.
ah dasar romantis!
Tapi tanganmu dengan cepat melepas dari genggamanku, apa kiranya yang membuat kau begitu berbeda dalam waktu serta tempat yang sama?
tiba - tiba aku seolah melihat sosok lain dihadapanku, bukan pemuda yang penuh ekspresi tenang seperti biasanya tapi kini kau menjelma menjadi sosok murung dihadapanku. dan hal paling mnyakitkan bagiku adalah karena aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam ragamu. Aku hanya rindu ucapan serta tatapan manismu seperti biasanya, bukan kemurungan tanpa alasan yang jelas. hidup ini terlalu singkat untuk sekedar mencari makna yang semakin jauh dari pandangan.
Hingga kini ku tatap wajah pucatmu yang semakin memudar karena waktu. dan tahukah kau aku begitu linglung dengan semua perlakuanmu. Aku rindu kata - kata yang memabukkan dari lisanmu. "I love you" itu saja yang kurindukan dari lisanmu saat menatapku. Hingga saat ini, kau mulai menengadahkan kepalamu menghadap pada tingginya langit lalu kau dengan indahnya melantunkan kata "Hidup terlalu singkat bagi kita untuk sekedar berucap aku cinta kepadamu, tahukah kau mengapa ku tak lagi mengucapkan kalimat itu padamu?" tanyanya sembari menatap lembut wajahku.
"mengapa?" kataku sembari menggelengkan kepala tanda tak faham akan ucapannya
"karena kalimat itu sudah terpatri dalam hatiku sehingga untuk apa kiranya ku ucapkan hal yang terpatri dalam hati" senyumnya begitu berbeda kali ini. sedang aku hanya menatap pelan sembari menghela nafas tanda betapa leganya ku dengar ucapan itu. Sungguh ku telah menduka hal yang tak logis padanya, ku kira ia mulai jenuh bertatap manja padaku ataupun ada bidadari lain yang tak sengaja singgah dihatinya. tapi semua itu hanyalah prasangkaku, ia masih seperti lelaki yang kukenal 10 tahun yang lalu dalam hijaunya alam serta sucinya bunga hutan ini. "ia masih ia yang dulu, hanya saja lebih romantis". kataku dalam hati. Andai dia tahu, hatiku bersorak riang setelah prasangka jahatku padanya.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku


You Might Also Like

0 komentar





"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu"

_Ali bin Abi Thalib_

Like me on Facebook