TAAT KEPADA ALLOH "kami mendengar dan kami patuh (sami'na wa atho'na)"

15.00.00


        Taat kepada Alloh SWT dan rosulNya adalah sumber beragama. Patuh kepada Alloh berarti taat kepada Al Qur’an sedang taat kepada rosul berarti mengikuti mengikuti sunah – sunahnya yang termuat dalam hadis Rosululloh saw. Taat kepada kepada keduanya berarti mutlak tidak ada batas dan tidak ada keraguan. Segala sesuatu yang diperintahkan Alloh dan RosulNya pasti mengandung kebaikan dan maslahat bagi manusia. Sebaliknya, segala sesuatu yang dilarang oleh Alloh dan RosulNya mengandung madharat dan bencana bagi manusia. Seseorang yang beriman kepada Alloh dan RosulNya segera melaksanakan perintah sesuai kemampuan dan segera meninggalkan segala larangan tanpa ragu.
Orang yang patuh kepada Rosul berarti patuh kepada Alloh, karena segala sesuatu yang diperintahkan oleh Rosul adalah perintah dari Alloh.  Tidak mungkin Rosul memerintah sesuatu yang dilarang oleh Alloh atau sebaliknya. Orang yang patuh kepada Rosul jaminannya adalah surga diakerat.
 
284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

      Ayat ini menjelaskan bahwa Alloh akan memperhitungkan (hisab amal) segala ucapan manusia termasuk yang masih tersembunyi didalam hati. Para sahabta merasa keberatan dan berterus terang menghadap kepada Nabi bahwa mereka tidak mampu mengalamalkan ayat tersebut. Para sahabat menghadap Nabi lalu duduk berlutut menyampaikan isi hatinya bahwa mereka tak mampu mengalmalkan tersebut. Mereka mampu melaksanakan perintah – perintah lain seperti shalat, puasa, jihad, dan sedekah, tatapi untuk yang satu ini yakni perhitungan (hisab) kata hati atau yang terlintas dalam hati dan belum dilakukan para sahabat keberatan.
Duduk berlutut disini, menurut Abu Abdillah al Mirzani dimaksudkan untuk mencari kasih sayang. Dalam kondisi sulit dan menghadapi persoalan yang memeberatkan ini tentunya hanya Rosul yang bisa menyelesaikan persoalan. Sikap  sahabat ini tentunya jalan terbaik karena ketika menghadapi suatu persoalan ataupun kesulitan selalu berkomunikasi dengan Nabi dan mengatakan apa adanya secara transparan.
Sikap para sahabat yang merasa keberatan turunnya ayat 284 surah Al Baqarah ditanggapi Nabi dengan sabdanya: “Apakah kalian akan berkata seperti apa yang dikatakan dua ahli kitab sebelum kalian yakni yahudi dan nasrani?”. Orang – orang yahudi dan nasrani ketika datang perintah dari Tuhannya mereka berkata sami’na wa ngashoina : kami mendengar dan kami tidak patuh. Akan tetapi katakanlah sami’na wa atho’na : kami mendengar dan kami taat. Lantas mereka segera mengatakannya.
Demikianlah petunjuk Rosululillah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para sahabat yang menekankan pada kepatuhan terlebih dahulu yakni mendengar dan patuh. Hal ini sesuai dengan firman Alloh pada QS. An Nur ayat 51

51. Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka[1045] ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung
         Setelah ayat diatas sudah dibaca dengan lancar dan tidak dirasa berat, maka turunlah ayat berikutnya QS. Al Baqarah :285 yang menjelaskan keadaan orang – orang yang beriman adalah mengimani kepada Alloh, malaikat, para rosul dan kitab – kitab suci. Mereka berkata : kami mendengar dan kami taat ketika wahyu datang dari Alloh.
Setelah mereka (sahabat) melaksanakannya datanglah ayat berikutnya 286 yang menasakh (menghapus) apa yang ereka rasa berat, bahwa Alloh tidak membebani seseorang diluar kemampuan sebagai manusia, Alloh juga tidak mengambil tindakan perbuatan karena lupa ataupun bersalah, mereka tidak dibebani yang berat seperti umat dahulu dan tidak dibebani suatu beban yang tidak ada kemampuan melaksanakannya.
Alloh menciptakan manusia tentunya lebih mengetahui kapasitas kemampuannya dalam melaksanakan tugas  dan beban yang diberikan. Demikian juga Alloh lebih mengetahui esensi dari segala hikmah yang terkandung dalam tugas – tugas tersebut. Karena keimanan mereka yang mendorong ungkapan “kami mendengar dan kami patuh”. Karena inilah kemudian Alloh dengan kasih sayangNya menghapuskannya dengan ayat berikutnya yakni meringankan beban yang dirasa berat pada awalnya. Ayat diatas sekalipun bentuknya adalah berdoa tetapi maknanya adalah menghapus tuntutan kata hati yang belum direalisasikan dalam bentuk kerja nyata.
Kata hati ini sekalipun tidak ada tuntutan, namun dalam beberapa hadits lain diperhitungkan dalam hal – hal yang menguntungkan bagi manusia sebagai kasih sayang Alloh.
“Dari Ibn Abbas ra dari Rosululloh saw pada hadits yang diriwayatkan dari Tuhannya berfirman : Sesungguhnya Alloh menulis segala kebaikan  dan keburukan. Kemudian menjelaskannya, barang siapa yang bercita – cita melakukan suatu kebaikan kemudian tidak jadi diamalkannya maka ditulis baginya satu kebaikan yang sempurna dan barang siapa bercita – cita melakukan kebaikan kemudian dilakukannya maka ditulis 10 sampai 700 kelipatan bahkan sampai dengan kelipatan yang banyak. Barang siapa yang bercita – cita melakukan suatu kejahatan kemudian tidak melakukannya, maka tidak ditulis Alloh disisiNya satu kebaikan yang sempurna dan jika bercita – cita melakukan keburukan kemudian dilakukannya, maka Alloh menulisnya satu keburukan”
(HR Muslim)
           Demikian kepatuhan sebenarnya bergantung kepada keimanan seseorang kepada Alloh dan RosulNya. Jika seseorang beriman kuat kepada Alloh dan RosulNya, maka menjadi kuat pula kepatuhannya, demikian juga sebaliknya. Penanaman keimanan menjadi sangat penting dalam kehidupan orang – orang mukmin. Segala keraguan , keberatan dan kemalasan dapat dibasmi dengan keimanan tersebut sehingga terungkap dengan sendirinya kalimat “Kami mendengar dan kami taat”. Tidak seperti ungkapan orang – orang yang tidak beriman “kami mendengar dan kami durhaka”.

You Might Also Like

0 komentar





"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu"

_Ali bin Abi Thalib_

Like me on Facebook