Aku masih terlalu dini untuk sekedar merasakan kehilangan
Logika ku belum mampu menerka deskripsi kehilangan
Tapi naluri ku begitu merasakan hampa dan sakitnya
kehilangan
Mengapa makhluk sekecil ku harus merasakan sakitnya
kehilangan sosok yang nantinya akan menjadi waliku?
Sosok yang harusnya menjadi saksi serta malaikat
pengawas bagi tumbuh kembangku
Yang ku lihat waktu itu hanya wajah pucat yang
berbaring tenang di ruang tamu kami
Yang ku dengar waktu itu hanya tangisan sendu yang
teriringi seguk pilu mereka
Karena itu juga untuk pertama kalinya ku lihat
butiran air menetes dari kelopak wanita setengah baya yang amat ku kenal
Tahukah Engkau wahai
Tuhanku?
Bahwa sosok yang kau panggil adalah malaikat hidupku
Tahukah Engkau Tuhan bahwa sosok itulah yang selalu
ku rindukan bahkan sampai menit ini
Tuhan, apakah Engkau pernah merasakan kehilangan
sepertiku?
Baiklah jika Engkau tak pedulikan akan seperti apa
dan bagaimana diri ini
Tapi tak pedulikah Engkau pada makhluk mungil dalam
gendongan wanita itu?
Wajah polos yang memandang sendu manusia – manusia
yang hilir mudik melewatinya
Mungkin kami memang tak menampakkan raungan tangis
kami
Tapi lewat butiran yang menetes dari kelopak mata
ini cukup melukiskan bretapa nanarnya luka hati kami
Mengapa Engkau lakukan itu kepada kami, Tuhan?
Mengapa Engkau ambil sosok itu dari kami?
Tak inginkah Engkau bila kau tumbuh menjadi gadis
baik berkat bimbingannya?
Engkau tak akan tahu sepahit apa rasanya hal itu
Tuhan?
Sedang Engkau juga tak tahu betapa irinya kau pada
mereka yang berpangku pada nasib baik
Mereka ynag selalu di awasi oleh malaikat hidup
mereka
Sedang malaikat yang ku punya tinggal seorang yang
bukan tidak mungkin akan membagi hatinya pada sosok lain
Dan itu benar – benar terjadi walaupun hanya sesaat
Tapi mengapa Engkau permainkan rasa hati ini Tuhan?
Jika bukan karena makhluk mungil yna selalu
memandangku dengan ekspresi polos itu
Mungkin lebih mudah bagiku berlari mengikutii sosok
yang Engkau panggil
Tapi aku juga ada rasa sayang pada mereka
Bagaimana jika aku pergi tanpa memberi kenangan
indah sebelumnya
Palinng tidak ku ingin buat mereka tersenyum karena
aku
Tak ingin lagi aku lihat butiran air yang menetes
dari kelopak mata orang – orang yang amat ku sayangi
Bahkan aku benci melihat tetesan air itu
Moment yang seharusnya menjadi kenangan indah untuk
kami
Kala itu malah menjadi pertunjukan kabut hitam di
surga kami
Hujan air mata yang jatuh di surga yang selama ini
kami bangun
Jika ku bisa menemui Mu atau paling tidak bertemu
malaikat pembawa pesanMu
Pasti akan ku tanyakan beribu alasan mengapa kau
ambil sosok itu
Tak pahamkah Engkau bahwa kami juga ingin seperti
makhluk Mu yang lain
Yang bisa menyandarkan kepala mereka di bahu sosok
yang menjadi malaikat hidup mereka
Tengah malam dalam balutan sarung aku ikut terjaga
melihat apa yang malaikat hidupku lihat
Pagi hari saat kesejukan membelah kedinginan hawa
malam
Aku ikut melepaskan alas kaki lalu menginjak bumi Mu
ini
Sebagaimana yang malaikat hidupku lakukan pagi itu
Genggaman tangan malaikat hidup ku yang tak ingin
aku tersungkur membuatku riang layaknya mereka saat ini
Kenangan itulah yang begitu melekat dalam memori
kecilku
Tapi mengapa tepat kepulanganku dari orang tua
kedua tempat ku menuntut ilmu
Tepatnya pukul 09:00 Engkau ambil malaikat hidupku
Tanpa Engkau sadari terbawa juga kebahagiaan yang
pernah ku rasa bersama kepergian malaikat hidupku menemuiMu
Terenggutnya memori yang seharusnya terjadi indah
dengan kehadirannya di hidup kami
Terenggutnya juga kisah yang seharusnya berjalan dengan
indag di waktu mendatang
Tak tahukah Engkau wahai Tuhan bahwa aku dan mereka
menyayanginya
Bahwa kami masih begitu merindukan sosok malaikat
hidup kami
Salam indah untukmu wahai malaikat hidupku
Ku doakan agar kau tenang serta bahagia di taman
surga penciptaMu
hingga