Entahlah..
Aku masih sulit berkubang diantara firasat dan prasangka
harusnya petuah tak hanya lewat sementara
dan kini aku tak butuh semua ini
yang kubutuh hanya ruang
ruang dimana aku bisa berpikir jernih
walau ruang itu hanya terselip diantara detak jantung yang kian lemah
Tuhan..
kemana kepekaan yang Kau janjikan
aku kira ego lebih menyertaiku
aku kira perasa menjadi bagianku
dan semua perkiraan itu ada
harusnya doa menjadi tameng
harusnya kekuatan bersarang dalam lemahnya iman
kemana semua itu?
aku lunglai mengingatnya
bahkan aku menekan dalam imaji dalam diri
semua itu karena firasatkah?
ataukah prasangka?
maaf Tuhan...
aku makhluk lemah yang tak peka akan sabdaMu
bodohnya aku ragukan janjiMu
"Maaf" kataku lirih sembari menatapnya dalam.
Kamu tersenyum dengan seribu paksaan, aku tahu kamu amatlah kecewa dengan keputusanku.
"Aku belum siap membuka hati untuk siapapun" tambahku mengobati atau mungkin menambah luka dihatimu. Aku menatap langit diatas rumput yang tertindih tubuh kau dan aku. Banyak awan mendung yang terlukis disana dan angin seolah berhembus disela keheningan yang kita buat.
"Aku memang kecewa, tapi setidaknya kejujuranmu membuatku lega" katamu pelan, tanpa menatap wajahku bahkan tanpa menoleh.
Selang beberapa menit kemudian aku dan dia memacu mobil kembali kebangunan sederhana yang berjejer, rumahku dan rumahmu memang bersebelahan. kita selalu bersama sejak kecil. aku masih ingat betul saat kita berebut memecah gelembung yang orang tua kita tiup ditaman belakang rumahku. tapi semua itu tak melahirkan rasa bernama "cinta" diruang hatiku. aku menganggapku tak lebih dari abang, kalaupun ada sedikit kedekatan itu tak lebih dari rasa teman masa kecil. setelah semua pengakuan rasamu membuncah agaknya itu menjadi satir diantara kita. aku hanya terpaku diam saat kau menyembul tiba - tiba dijendela belakang, begitupun dengan kau! biasanya kita akan langsung bercengkrama dengan riangnya layaknya anak TK. tapi kinni keheningan mengiasi hari - hari kita.
"Nan, minggu besok Rio akan ke Australia loh, katanya mau dikenalkan dengan anak teman bisnis ayahnya. dan kalau cocok mereka akan langsung tunangan disana"
...................................................................................................................................................................
Kalau bisa berlebih, aku merasakan kilatan petir serta sambaran mengenai detak jantugku. "sakit sekali Tuhan!" kenapa ia hanya diam dengan semua ini, marahkah ia padaku karena tak menerima rasanya? dan kini rasa apa yang menyesakkna lubuk hatiku, cemburukakh? ah! bukankah aku yang menolaknya dulu, kenapa kini aku merasa begitu kehilangan.
Hari berlalu begitu saja tanpa rasa yang berarti. aku baru tahu rasa apa ini, cemburu! benar agaknya aku mencintainya juga, tapi kenapa ku temukan nama rasa itu setelah ia pergi?
Rasa ini terlampau bodoh untuk menerka yang dirasa.
"Kau masih ingat dengan cermin?" tiba - tiba bayangan yang amat kukenal tertera didepanku.
"Rioooo..." aku menghambur kepelukannya. aku sudah tak bisa menahan rasa yang baru kutahui setelah kepergiannya.
"Cermin akan selalu menangis jika ita menangis dan ia akan menjadi makhluk kedua yang paling mengerti kita, paling tidak mengerti rasa yang kupunya sesungguhnya, aku tak bisa memungkiri cermin, cintaku yang nampak padanya hanya dirimu bukan wanita yang kujadikan obyek pelampiasan karena kau menolakmu dulu" katanya penuh tatapan dalam."
"Will you marry me?" ia menimpali perkataannya sebelumnya.
hanya anggukan yang kulimpahkan, hanya itu saja bentuk yang bisa kutunjukkan padanya.
kini aku tahu, cinta tak hanya bisa dikenali lewat kata, tapi rasa yang yang namanya saja baru kutahui semenjak kepergiannya.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Tik tok tik tok......
suara abang penjual siomay ikan melewati indra pendengaranku.
"mau siomay gak Ray?" tanyaku dengan raut sederhana, sedangkan ia hanya mengangguk pelan.
setelah semua bulatan lezat itu habis, Rayhan menggandeng tanganku agak tergesa. Aku tahu apa alasan ia melakukannya, bel masuk telah berdendang.
secepat kilat aku,Rayhan,Dita dan seluruh makhluk yang mengisi bangku kelas ini mempersiapkan buku tugas. Agaknya kami masih ingat apa yang disampaikan guru sebelum istirahat. Tugas diselesaikan secara berkoloni, mungkin akan terkesan manusiawi jika aku menyebutnya berkelompok.
"Ran, sepulang sekolah nanti aku mau cerita suatu hal, boleh?" ia menatapku serius diantara tatapan mata seisi kelas
"gak mau!" sembari menjulurkan lidah dengan manjanya
Aku hanya meringis kesakitan saat lenganku menjadi sasaran empuk untuk dicubitnya. tak kusadari lewat sudut mataku, seorang perempuan menatap kami lebih dalam, mata itu serta tatapannya sangat mudah kukenali, Dita. Siswi baru yang akhir - akhir ini dekat dengan kami, maksudnya aku dan Rayhan. Sebagai siswi baru Dita termasuk supel hingga berani meminta kertas tugas makhluk dikelas ini. Ada tatapan aneh saat ia melewati Rayhan, agak dalam dan penuh penghayatan. Setelah semua ritual itu selesai Rayhan untuk kedua kalinya menggandeng tanganku, memasksaku untuk menggalkan latar sekolah.
"belum bel pulang Rey!" gertakku seperti biasa.
Tiga detik kemudian bel pulang berdentang, dengan ekspesi penuh kemenangan Rayhan seolah membantah gertakanku tadi. Ais! makhluk yang satu ini memang tak henti - hentinya membuatku merasakan rasa yang tak ketahui apa namanya. dalam diam kadang ia terkelebat dibawah pikiranku. apakah ini cinta yang tumbuh dalam persahabatan? tanyaku tanpa jawaban.
"Ran, menurut kamu Dita gimana sih?" tanyanya menyelidik jauh.
deg!!! jantungku rasanya ingin berhenti mendengarnya. firasatku melalui pandangan dikelas tadi ada suatu rasa diantara mereka. kusembunyikan kertas yang tadinya akan mewakili perasaanku pada lelaki ini.
"dia baik, bentar deh, kalian pasti udah jadian ya?" tanyaku sembari menunjuk kemukanya. aku berusaha seriang mungkin padahal air mata akan meleleh dengan hitungan detik. kulihat wajahnya, ia mengangguk pelan.
"itu ditangan kamu kertas apa? pasti surat cinta buat kapten basket baru itu ya?"
aku hanya menjulurkan lidah, tak tahukah itu surat untukmu yang urung kuberikan karena sosok Dita datang dihatimu lebih dulu. kertas tanpa dosa yang berisi rasa tanpa makna ini sudah berlalu dan memang harus berlalu. aku ini sahabatmu, jika rasamu bisa membahagiakanmu maka itu akan menjadi rasa membahagiakan untukku juga, walaupun subyek kebahagiaanmu bukan aku,Rayhan. biarlah kau menjadi serpihan dari setiap rasa yang seharusnya kuungkapkan. tapi itu tak layak, maksudnya kertas dalam genggamanku ini tak layak mengusik rasa cinta yang tumbuh dihati kalian. aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada setiap rasa yang hampir tumpah padamu, dan kini kusampaikan selamat datang pada gadis yang mengisi ruang hatimu.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Selain harus bersaing dengan ribuan peserta, disaat lolospun kita akan selalu terbayang uang beasiswa yang setiap kenaikan semester bisa saja melayang jika nilai yang diperoleh tidak memenuhi kriteria dalam perjanjian awal. Dalam urusan pekerjaanpun kita dituntut untuk masa pengabdian pada perusahaan terkait. Aku termasuk salah satu mahasiswa yang beruntung bisa mendapat beasiswa dari perusahaan asing, tepatnya saham warga Jepang. Banyak yang mengatakan aku bisa mendapat beasiswa tersebut hanya karena aku mengambil jurusan sastra Jepang.
Entahlah, toh aku mengikuti seleksi yang sama dengan ribuan peserta dari berbagai jurusan. Bukan hanya aku yang mengambil jurusan sastra Jepang. Disalah satu universitas terkemuka di Jogja inilah aku berusaha meraih mimpiku melanjutkan pendidikanku. Dari segi ekonomi tentu saja orang tuaku tak mampu membayar biaya pendidikanku.
Tapi inilah yang dinamakan “dimana ada kemauan disitu ada jalan”. Aku tumbuh dalam keluarga yang amat patuh akan tradisi. Kedua orang tuaku sangat menjunjung tinggi apa itu kearifan budaya kami. Sampai dalam hal berpakaianpun ibuku masih mengenakan kebaya layaknya wanita Jawa jaman keraton dulu. Tapi inilah yang membuatku terinspirasi akan segala kebudayaan yang hidup disekitarku. Kadang kala, aku juga memakai blankon ke kampus.
Awalnya banyak tatapan sinis ataupun ekspresi menahan tawa dari warga kampus. Dan yang membuatku heran mereka yang berlaku demikian adalah warga asli Indonesia. Bahkan aku pernah diteriaki “alien ketinggalan jaman” oleh mereka putra bangsa yang bergaya kebarat – baratan demi pencitraan keren dari warga kampus. Justru banyak mahasiswa asing yang mendekatiku entah untuk bertanya apa nama benda yang kupakai dikepalaku ataupun sekedar ingin berfoto denganku, tepatnya dengan blankon yang singgah dikepalaku.
Jepit rambut berbentuk pita yang selalu menyembul diatas rambut hitam berponi itu membuatnya sekilas lewat dipikiranku. Kami selalu bertukar pikiran mengenai budaya kami masing – masing. Aku selalu antusias saat menceritakan betapa arifnya budaya negeri ini, tepatnya budaya masyarakat Jawa. Sakura juga selalu membesarkan bola matanya seolah menjelajahi setiap cerita yang kusampaikan. Ia sangat kagum dengan budaya Jawa yang kuceritakan, ia juga menambahi mungkin karena tradisi jugalah yang membuat pria Jawa nampak lebih sopan. Aku agak tersipu saat ia berkata demikian. Ada rasa bangga saat wanita itu memintaku menjadi cermin untuk melihat sendiri inspirasi tradisi, budaya , serta kearifan didalamnya. Wanita asing memang begitu terbuka akan segala hal. Beda dengan wanita Jawa yang biasanya akan sangat tertutup pada lawan jenis.
Ia merupakan manusia pilihan yang mendapat kesempatan untuk mendapat wejangan suci dari yang mulia Kresna yang terkenal sebagai Baghawadgita atau nyanyian dewata. Dinusantara, tokoh Arjuna sudah dikenal sejak dahulu. Arjuna populer di tanah Jawa, Bali, Madura dan Lombok. Arjuna merupakan seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Arjuna memiliki sifat cerdik, pandai, teliti, sopan santun, berani, dan melindungi yang lemah.
Ia memimpin kadipaten Madukara, dalam wilayah Amarta. Setelah perang Bhatarayudha, arjuna menjadi raja di negara Banakeling,bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan moksa atau dalam jawa diartikan mati sempurna bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri ataupun kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat. Tahukah kau sakura, siapakah nama dari salah satu istri kesatria Arjuna ?” Ku tengok wajahnya sembari tersenyum sebagai pertanda berakhirnya cerita. Lalu ku ajukan pertanyaan layaknya sang dosen diakhir kuliah yang berusaha memberikan feed back pada mahasiswanya.
Dari mata kuliah budaya Jepang yang pernah ku pelajari. Wanita Jepang memang sangat terbuka akan perasaannya, jadi bukan hal yang aneh jika wanita Jepang mengutarakan perasaannya terlebih dahulu. Tapi masih ada tiga puluh persen rasa raguku jika ia benar – benar mengatakan cinta. Akhirnya ku ambil persepsi keduaku saja, toh jika anggapanku salah aku tidak akan terlihat naif didepannya.
Bukan masalah yang berarti bagiku, toh jika kinerjaku bagus bukan tidak mungkin jika aku diangkat menjadi karyawan tetap dan dimutasi ke perusahaan pusat di Tokyo. Menjadi mahasiswa akhir memanglah tidak mudah, entah berapa kali ku naik turun tangga di fakultas seberang demi mendapat torehan tanda tangan dari dosen pembimbing. Aku termasuk cepat untuk proses menjelang wisuda jika dibanding teman – temanku yang lain.
Pernah ku dengar kabar juga bahwa dekan kampus pernah didatangi perusahaan pemberi beasiswa yang konon katanya meminta agar seluruh mahasiswa yang mendapat beasiswa tersebut dimudahkan proses wisudanya secepat mungkin. Katanya agar bisa turut berkontribusi dalam memajukan perusahaan yang sedang mengalami kekosongan karyawan. Dengan salam tempel tentu saja kebijakan bisa melembut.
Tapi entahlah itu baru kabar angin yang belum jelas asal – usul serta kebenarannya. Rasanya tak adil jika aku memberikan vonis tanpa mengetahui duduk perkara sebenarnya. Semua itu hanya refleksi dari rasa ketidakpercayaan yang menjamur dalam pendangan masyarakat. Bukan tanpa sebab pastinya, stasion televisi mana yang tak gencar memberitakan kasus korupsi serta wajah – wajah pencari kebenaran di negeri ini? Ah.. sudah menjadi rahasia umum, tepatnya bahan cacian warga terhadap kinerja aparatur pemerintah.
Dan bertambah merahlah aura pipinya itu. Duh Gusti.. dengan segala kuasa Mu menciptakan makhluk seindah dia. Masih dalam wajah yang menunduk ia menimpali dengan cubitan mesra di lenganku. Agak sakit hingga membuatku meringis.
Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan ksatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bhatarayudha dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang pandawa menggantikan resi Seta ksatria Wirata yang telah gugur dalam menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma sesuai kutukan Dewi Amba, putri prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura yang dendam pada Bisma. Dalam akhir riwayat, diceritakan dewi Srikandi tewas terbunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayudha. Bukankah seperti ini kisah Dewi Srikandi dalam pewayangan Jawa? Betul tidak pria Jawa?” ledeknya diakhir cerita dengan menyebutku pria Jawa. Memanglah demikian, celotehku dalam hati.
Memanglah benar jika wanita Jepang sangat terbuka akan perasaannya. Sebenarnya aku lebih suka akan segala laku perempuan Jawa, mereka begitu pantas, anggun serta luwes dalam segala hal. Tapi aku juga harus toleran akan segala perbedaan antara aku dan sakura. Mungkin semakin berjalannya waktu ia bisa sedikit demi sedikit memahami serta meniru laku wanita Jawa yang gsedari dulu ku akui keindahannya. Seperti saat aku harus terkaget – kaget saat mendengar cerita dengan aksen Jepangnya dulu. Dan ia faham akan ketidaknyamanku hingga ia rela mempelajari gaya bicaraku saat berbicara denganku. Barangkali ia juga akan lebih beradaptasi dengan budaya Jawa yang amat ku dalami esensinya.
Aku saja tidak pernah mengucapkan kata ataupun kalimat romantis menggunakan bahasa asalnya. Ku lirik lagi pesan itu. Membacanya untuk kedua, tiga atau bahkan empat kali terasa tak akan jenuh untukku.
Tapi tak enak hati aku untuk menyampaikannya. Aku hanya takut ia salah persepsi mengenai saran berpakaian dariku. Ah! Mengapa masih memikirkan hal yang sudah berlalu? Toh sekarang ia pun mengerti tanpa harus kau mengatakan hal apapun kepadanya. Berkatalah aku pada diriku didalam hati.
Untunglah... dan ini yang membuatku menghembuskan nafas dengan lega. Saat duduk itulah ku utarakan niatan antara aku dan sakura untuk meminta restu. Ayahku muncul dari balik korden kamar depan. Aku menceritakan panjang lebar mengenai latar belakang keluarga sakura. Agaknya ayah ibuku agak menyernyitkan alis saat mengetahui wanita disamping mereka berdarah Jepang. Kemudian suasana menjadi hening. Akupun tak berani rasanya membuka percakapan saat ini. Bagaimana jika mereka marah lalu tak ridha jika calon menantunya ini bukan wanita dari Jawa.
Inilah yang ku sebut bahwa dunia akan lebih tertarik pada mereka yang mampu menghargai segala apa yang ada disekitarnya. Apalagi mengenai adat,tradisi, budaya yang merupakan cerminan masyarakat itu sendiri.Perusahaan tempat ku magang dulu, kini benar – benar mempromosikanku untuk dimutasi ke perusahaan pusat di Tokyo,Jepang. Aku rancu pada kebahagiaan yang kini menghampiri. Disisi lain ada rasa senang aku juga merasa bersalah jika harus meninggalkan keluargaku diJogja.
Keluargaku justru mendorong agar aku menerima tawaran dari atasanku saja. Karena bagi mereka kesuksesanku juga akan menjadi kebahagiaan mereka juga. Tak peduli sejauh apapun aku nantinya. Terharu rasanya aku mendengar segala pernyataan ibuku. Sebelum berangkat ke Tokyo, aku dan sakura melangsungkan pernikahan kami.
Ia memakai pakaian adat Jawa. Kebaya yang didesain dengan indah untuk wanita yang memang indah. Tetap saja ada siraman dan ritual lainnya. Sakura selalu mengatakan kepadaku bahwa ia ingin ku anggap sebagai wanita Jawa saja. Semua yang ia perbuat bukanlah suatu paksaan melainkan karena cinta. Karena cinta yang mempu menyatukan perbedaan dari negeri yang dijajah dan yang menjajah. Yang menyatukan bunga melati dengan bunga sakura di wadah yang bernama hati. Aku juga menghargai budayanya, untuk itu sebagai kejutan. Untuk pertama kalinya ku memakai baju adat Jepang serta ku bawakan kimono untuknya dihari pernikahan kami. Ia menangis terharu. Awalnya ia menolak untuk memakai kimono tersebut akan tetapi setelah kuyakinkan ia akhirnya memakainya juga.
Di akun Facebook KH A Mustofa Bisri menampilkan
tulisan berjudul “Doa Kemerdekaan”. Tulisan Pejabat Rais ‘Aam PBNU yang
muncul 16 Agustus 2014 tersebut saat NU Online membukanya sudah
dibagikan oleh 182 akun lain. Berikut doa tersebut.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Ya Allah ya Tuhan kami,
Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang indah,
Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala anugerah
Wahai Maha Pemurah yang telah menganugerahi
kami negeri sangat indah dan bangsa yang menyukai keindahan,
Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang indah,
Demi nama-nama agungMu yang maha indah
Demi sifat-sifat suciMu yang maha indah
Demi ciptaan-ciptaanMu yang serba indah
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami
kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan anugerahMu.
Keindahan merdeka dan kemerdekaan
Keindahan hidup dan kehidupan
Keindahan manusia dan kemanusiaan
Keindahan kerja dan pekerjaan
Keindahan sederhana dan kesederhanaan
Keindahan kasih sayang dan saling menyayang
Keindahan kebijaksanaan dan keadilan
Keindahan rasa malu dan tahu diri
Keindahan hak dan kerendahan hati
Keindahan tanggung jawab dan harga diri
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami
kemampuan mensyukuri nikmat anugerahMu
dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridlai
Selamatkanlah jiwa-jiwa kami
dari noda-noda yang mencoreng keindahan martabat kami
Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami
ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami
Kuatkanlah lahir batin kami
untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi
yang menyeret diri-diri kami dari keindahan sejati
kemanusiaan dan kemerdekaan kami
Merdekakanlah kami dari belenggu penjajahan apa saja
selain penjajahanMu
termasuk penjajahan diri kami sendiri
Kokohkanlah jiwa raga kami
untuk menjaga keindahan negeri kami.
Ya Malikal Mulki Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa
Jangan kuasakan atas kami --karena dosa-dosa kami--
penguasa-penguasa yang tak takut kepadaMu
dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami.
Anugerahilah bangsa kami pemimpin yang hatinya
penuh dengan keindahan cahaya kasihsayangMu
sehingga kasihsayangnya melimpahruahi rakyatnya
Jangan Engkau berikan kepada kami pemimpin
Yang merupakan isyarat kemurkaanMu atas bangsa kami
Wahai Maha Cahya di atas segala cahya
Pancarkanlah cahyaMu di mata dan pandangan kami
Pancarkanlah cahyaMu di telinga dan pendengaran kami
Pancarkanlah cahyaMu di mulut dan perkataan kami
Pancarkanlah cahyaMu di hati dan keyakinan kami
Pancarkanlah cahyaMu di pikiran dan sikap kami
Pancarkanlah cahyaMu di kanan dan kiri kami
Pancarkanlah cahyaMu di atas dan bawah kami
Pancarkanlah cahyaMu di dalam diri kami
Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Agar kami dapat menangkap keindahan ciptaanMu dan meresapinya
dapat menangkap keindahan anugerahMu dan mensyukurinya
Agar kami dapat menangkap keindahan jalan lurusMu dan menurutinya
dapat menangkap keburukan jalan sesat setan dan menghindarinya
Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Agar kami dapat menangkap keindahan kebenaran dan mengikutinya
dapat menangkap keburukan kebatilan dan menjauhinya
Agar kami dapat menangkap keindahan kejujuran dan menyerapnya
dapat menangkap keburukan kebohongan dan mewaspadainya
Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya
Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan
di batin kami.
Ya Maha Cahya di atas segala cahya
Jangan biarkan sirik dan dengki
hasut dan benci
ujub dan takabur
serakah dan kejam
kebencian dan dendam
dusta dan kemunafikan
gila dunia dan memuja diri
lupa akherat dan takut mati
serta bayang-bayang hitam lainnya
menutup pandangan mata-batin kami
dari keindahan wajahMu.
menghalangi kami
mendapatkan kasihMu
menghambat sampai kami
kepadaMu.
Ya Allah ya Tuhan yang Maha Pengampun
Ampunilah dosa-dosa kami
Dosa-dosa para pemimpin dan bangsa kami
Ya Allah ya Tuhan kami yang Maha Rahman dan Rahim,
Rahmatilah negeri dan bangsa kami
Merdekakanlah kami dan kabulkanlah doa kami.
Amin.
sumber: akun terkait dan situs resmi NU
Serasehan Kebangsaan dan Ngaji Budaya "Menangkal Ideologi Radikal dengan Menumbuhkan Semangat Kebangsaan" PW IPNU-IPPNU Provinsi Jawa Tengah bersama Habib Anis Shaleh Ba'asyin
23.17.00Semarang, Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) - Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Provinsi Jawa Tengah telah menyelenggarakan kegiatan serasehan sebangsaan dan ngaji budaya dengan tema "Menangkal Ideologi Radikal dengan Menumbuhkan Semangat Kebangsaan" dalam rangka halal bihalal dan HUT RI Republik Indonesia ke - 69. Acara ini terlaksana pada hari Jum'at, 15 Agustus 2014 di Gedung Serba Guna NU, Semarang. Peserta merupakan perwakilan dari Pengurus Cabang di Jawa Tengah yang terdiri dari empat rekan / rekanita. Habib Anis Shaleh Ba'asyin serta Orkes Puisi Sampak Gusuran dari Pati juga berpartisipasi memeriahkan acara tersebut. Termasuk juga Narasumber, yaitu Bapak Drs. H. Hajahan Musyafak MA (Ketua FKPT Jawa Tengah), KH. Yusuf Chudlori (Tegal Rejo - Magelang), Bapak Drs. Budi Santoso, M.Si (Kepala Dinpora Jateng), Khairul Anam HS, M.Pd. I (Ketua Umum PP IPNU), Saratri Wilonoyudho (Dosen UNNES), Achmad Sururi, S.IP.,MA (Dosen UNSOED).
Dalam Dialognya, Habib Anis Shaleh Ba'asyin menerangkan mengenai ideologi radikal yang kini menjadi isu dunia. Pada dasarnya islam mengajarkan manusia untuk mampu menata hati supaya bisa merangkul semua kalangan. Kita adalah ciptaan Alloh begitupula dengan seluruh makhluk dibumi ini. Maka dari itu jika kita membunuh satu mahkluk ibarat membunuh seluruh makhluk. Inilah esensi hidup yang menyadarkan pada kita bahwa ini hanya permaianan hidup didunia saja.
Disinilah NU berperan sebagai sumber ilmu bagaimana memainkan permainan tersebut sesuai dengan ajaran islam.
Indonesia tidak bisa dibangun hanya dengan satu ideologi saja. Disinilah peran pemuda NU untuk mensosialisasikan ajaran atau pemikiran (ideologi) yang sesuai bagi masyarakat Indonesia. Disinilah NKRI serta nilai - nilai Pancasila bisa terus tumbuh tampa terpengaruh dengan konflik negara lain yang mengatasnamakan agama. Dengan ini, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) - Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mengeluarkan deklarasi dalam merespon isu Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) yang meresahkan dunia, Diantaranya:
1. Menolak dengan tegas ISIS di Indonesia karena mengancam keutuhan NKRI
2.. Melawan segala upaya untuk bergabung dengan segala kegiatan yang mengatasnamakan ISIS ataupun hal lain yang mengancam keutuhan NKRI
3. ISIS adalah hasil konflik dari sekte Syiah, maka dari itu NKRI bukan termasuk didalamnya.
Setelah deklarasi, acara kemudian diisi dengan perwakilan budaya antar negeri dimana Afganistan dan Thailand menjadi peserta yang akan menyumbangkan lagu kebanggaan negara mereka. Dari pihak Indonesia terwakili oleh PC Kudus yang membawakan lagu daerah berjudul "Lir ilir".Dalam lagu daerah tersebut mengandung pesan bagaimana kita bisa berserah diri agar lebih dekat dekat Ilahi. Semua peserta ikut bendendangkan lagu dengan semangat. Disusul kemuadian Afganistan yang membawakan lagu negaranya.
"Saya senang berasa disini dan saya senang bisa belajar disini, terutama berjuang bersama mengenai islam" tutur salah satu wanita yang menjadi perwakilan dari Afganistan saat ditanya kesannya akan Indonesia.
Berikutnya, Thailand juga menyanyikan lagu negara mereka dengan khitmat.
"Saya kuliah diIndonesia dan punya banyak pengalaman disini. Di Indonesia 90 % keatas beragama islam sedangkan di Thailand 95 % beragama Budha. Yang saya bangga dari Indonesia, walaupun banyak budaya, ras, agama,suku, tapi tetap satu Indonesia" Terang seorang pemuda yang menjadi perwakilan dari rekannya yang mempunyai kewarganegaraan Thailand tersebut.
Sebagai penutup, Grup kesenian sampak dari Pati yang sudah mendapat tujuh penghargaan nasional tersebut mengajak seluruh peserta untuk menyanyikan lagu "We Will Not Go Down" sebagai bentuk keprihatinan atas apa yang menimpa saudara kita di Palestina.
Semoga dengan diadakannya,, acara tersebut bisa menambah keyakinan serta sense of belonging atas apa yang menimpa negeri. Diharapkan juga, melalui acara seperti ini bisa menambah wawasan mengenai isu politik yang mengatasnamakan agama sehingga mengancam keutuhan NKRI. Pada dasarnya, acara ini juga bisa dianggap sebagai simbol kepedulian dari pelajar NU dalam menyingkapi isu ISIS yang mendunia dan tentunya acara seperti ini bisa meringankan beban Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam mengatasi problema nasional.
Pantai Jetis, Kebumen |
Goa Petruk, Kebumen |
Goa Jatijajar,Kebumen |