Kertas tanpa dosa
21.27.00
Tik tok tik tok......
suara abang penjual siomay ikan melewati indra pendengaranku.
"mau siomay gak Ray?" tanyaku dengan raut sederhana, sedangkan ia hanya mengangguk pelan.
setelah semua bulatan lezat itu habis, Rayhan menggandeng tanganku agak tergesa. Aku tahu apa alasan ia melakukannya, bel masuk telah berdendang.
secepat kilat aku,Rayhan,Dita dan seluruh makhluk yang mengisi bangku kelas ini mempersiapkan buku tugas. Agaknya kami masih ingat apa yang disampaikan guru sebelum istirahat. Tugas diselesaikan secara berkoloni, mungkin akan terkesan manusiawi jika aku menyebutnya berkelompok.
"Ran, sepulang sekolah nanti aku mau cerita suatu hal, boleh?" ia menatapku serius diantara tatapan mata seisi kelas
"gak mau!" sembari menjulurkan lidah dengan manjanya
Aku hanya meringis kesakitan saat lenganku menjadi sasaran empuk untuk dicubitnya. tak kusadari lewat sudut mataku, seorang perempuan menatap kami lebih dalam, mata itu serta tatapannya sangat mudah kukenali, Dita. Siswi baru yang akhir - akhir ini dekat dengan kami, maksudnya aku dan Rayhan. Sebagai siswi baru Dita termasuk supel hingga berani meminta kertas tugas makhluk dikelas ini. Ada tatapan aneh saat ia melewati Rayhan, agak dalam dan penuh penghayatan. Setelah semua ritual itu selesai Rayhan untuk kedua kalinya menggandeng tanganku, memasksaku untuk menggalkan latar sekolah.
"belum bel pulang Rey!" gertakku seperti biasa.
Tiga detik kemudian bel pulang berdentang, dengan ekspesi penuh kemenangan Rayhan seolah membantah gertakanku tadi. Ais! makhluk yang satu ini memang tak henti - hentinya membuatku merasakan rasa yang tak ketahui apa namanya. dalam diam kadang ia terkelebat dibawah pikiranku. apakah ini cinta yang tumbuh dalam persahabatan? tanyaku tanpa jawaban.
"Ran, menurut kamu Dita gimana sih?" tanyanya menyelidik jauh.
deg!!! jantungku rasanya ingin berhenti mendengarnya. firasatku melalui pandangan dikelas tadi ada suatu rasa diantara mereka. kusembunyikan kertas yang tadinya akan mewakili perasaanku pada lelaki ini.
"dia baik, bentar deh, kalian pasti udah jadian ya?" tanyaku sembari menunjuk kemukanya. aku berusaha seriang mungkin padahal air mata akan meleleh dengan hitungan detik. kulihat wajahnya, ia mengangguk pelan.
"itu ditangan kamu kertas apa? pasti surat cinta buat kapten basket baru itu ya?"
aku hanya menjulurkan lidah, tak tahukah itu surat untukmu yang urung kuberikan karena sosok Dita datang dihatimu lebih dulu. kertas tanpa dosa yang berisi rasa tanpa makna ini sudah berlalu dan memang harus berlalu. aku ini sahabatmu, jika rasamu bisa membahagiakanmu maka itu akan menjadi rasa membahagiakan untukku juga, walaupun subyek kebahagiaanmu bukan aku,Rayhan. biarlah kau menjadi serpihan dari setiap rasa yang seharusnya kuungkapkan. tapi itu tak layak, maksudnya kertas dalam genggamanku ini tak layak mengusik rasa cinta yang tumbuh dihati kalian. aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada setiap rasa yang hampir tumpah padamu, dan kini kusampaikan selamat datang pada gadis yang mengisi ruang hatimu.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
0 komentar