Banjarnegara, 5 Agustus 2014 adalah hari dimana aku
berpetualang dibumi Kebumen. Kota ini tak kalah menariknya dengan kota wisata
yang pernah kukunjungi. Mulai dari unsur magis, natural, dan juga tradisi .
Kebumen dengan pesona tersendiri itu membuat kenangan tersendiri dimemori ini.
![]() |
Pantai Jetis, Kebumen |
![]() |
Goa Petruk, Kebumen |
Tempat ketiga masih sekitar wisata alam, Goa Jatijajar.
Walaupun masih satu jenis wisata akan tetapi Goa ini sangatlah berbeda dengan
Goa Petruk. Disini banyak sekali pengunjung dan juga pedagang yang menjajakan
pernak – pernik khas disana. Masih seputar jalan setapak untuk menuju Goa,
hanya saja tak terlalu menanjak. Suasana disana juga sangat sejuk. sayangnya,
banyak sekali lapak penjual makanan yang
menghalangi pemandangan disekitar. Kulihat anak – anak yang berenang disendang
sembari menunggu uang receh yang sengaja dilempar oleh pengunjung kesendang
tersebut. Setelah masuk, suasana disana
sangatlah menarik dengan patung – patung yang menggambarkan cerita nusantara.
Yang paling kuingat patung – patung yang menceritakan lutung kasarung berada
tepat ditengah Goa sebelah kanan. Walaupun cahaya matahari tak bisa masuk ke
dalam Goa, akan tetapi cahaya dari lampu justru semakin membuat Patung beserta
bebatuan terlihat menarik dengan warna yang khas. Untuk menuju jalan keluar
dari Goa, aku harus melewati lorong ke bawah yang sangatlah sepi. Disetiap
tangga tersebut pastilah ada patung kera yang terbuat dari batu. Bulu kudukku
merinding dengan suasana yang berliput magis tersebut. Kurungkan niatku untuk
menyusuri lorong bawah, tapi kejadian itu malah jadi bahan tertawaan petugas
yang berjaga diatas. Kupikir daripada menanggung malu, tak apalah mencicipi
adrenalin ini. Benar - benar sepi sampai
denting air yang menetes terdengar jelas. Aku berjalan dengan dua pengunjung
lain, ada satu sendang didalamnya, namanya sendang mawar. Airnya terlihar merah
dengan sorot lampu diatasnya. Agak ngeri melihatnya, terlihat seperti darah
apalagi satu hal yang membuatku takut adalah dua patung kera yang dengan setia
selalu ada pojok tangga keluar. Patung ini terlihat nyata dengan ukiran dari
batu. Agak tenang rasanya melihat sorot cahaya matahari didepan sana, tandanya
tinggal berapa langkah lagi aku bisa eluar dari Goa. Satu hal yang membuatku
tersenyum sendiri saat mengingat Goa Jatijajar, disaat aku fokus mengamati
patung kera, tiba – tiba muncul
pengunjung wanita dengan baju putih dan rambutnya yang tergerai bebas. Spontan
saja aku kaget mengucap “asytaghfirulloh” agak keras, dan lucunya perempuan
tadi menjerit kecil karena kaget juga.imajinasiku terlalu tinggi, sampai aku
mengira ia mba kunti seperti di film horor yang pernah kutonton semasa kecil.
Ais! Karena film itulah sampai saat ini aku takut dengan bayang – bayang hantu
wanita berbaju putih dengan rambutnya yang tergerai bebas.
Mungkin inilah
alasan mengapa komedian, presenter kondang seperti Tukul Arwana mengunjungi Goa
tersebut. Kalau tak salah, acara yang dibawakan “Mr Tukul Jalan - Jalan”, tutur pemandu yang mendouble
sebagai penjaga disana.Entah kenapa disetiap kumelewati patung kera, aku merasa
kalau bola mata patung tersebut melirik kearahku. Dipintu keluar ini, ada juga
yang menawarkan jasa foto dengan ular. Ais! Memandang hewan melata itu saja cukup
membuat perutku mual, tak terbayangkankalau aku sampai memegang hewan tersebut.
Menurutku hewan melata sama sekali tak mempunyai sisi indah ataupun
menggemaskan seperti hewan lainnya. Jujur daripada, memegang ular lebih baik
kupegang saja tikus yang biasa jadi mangsanya. Eh kenapa ngelantur gini
ceritanya, ya udah deh sampai disini dulu ceritaku mengenai pesona Kebumen.
Semoga saja, aku bisa berpetualang ditempat – tempat lainnya dibumi Indonesia
ini. Because my trip like beautiful
magic for my life. Natural, interest and beauty will be part of memori. Alloh
create this world so beatifull. I can found many color about it. Owh.. damn I
love you,Indonesia!
0 Komentar