Mengulik Fakta Islam di Korea Selatan

20.12.00




Hubungan warga korea selatan dengan komunitas musliim sudah terjalin cukup lama melalui jalur perdagangan. Bahkan hubungan ini sudah terbina jauh sebelum masyarakat disana melakukan hubungan dengan masyarakat Barat. Meskipun begitu, pengaruh kehidupan keagamaaan yang lazimnya menyertai para pengusaha dari negara – negara islam di Timur Tengah tak tampak di wilaya Korea Selatan. Masyarakat Kore Selatan tetap saja merasa asing dengan nilai dan ajaran islam. Hal inilah yang membuat perkembangan islam di Korsel  melaju dengan sangat lambat.

Di bebeapa wilayah Korsel yang geliat aktivitas keislamannya paling menonjol adalah wilayah provinsi dan sekaligus kota metropolitan  Busan. Kawasan ynag berpenduduk sekitar 4,4 juta jiwa itu, terbesar kedua setelah Seol , sekaligus menjadi tempat berdirinya masjid Al Fatah Busan yang menjadi pusat kegiatan dan aktivitas syiar islam. Aktivitas syiar islam juga melebihi masjid Seol. Salah satu pendorong utama aktivitas dakwah islam di Busan adalah kehadiran puluhan tenaga kerja indonesia (TKI) yang tergabung dalam Persaudaraan Umat Maslim Al Fatah (Pumita) dan sering menggelar pengajian dan yasinan. Mereka sekaligus menjadikan masjid itu sebagai tempat sekertariat Pumita. “Imam Masjid Busan, Yasir Lee Jong-eong mengizinkan aktiviitas dai disini. Tak hanya itu, imam Yasi bahkan mendukung dan meminta kami agar ikut mengelola kegiatan dimasjid,” kata Musmito yang kini menjabat ketua Pumita.

Diseluruh Korsel hingga saat ini hanya ada lima masjid. Setiap masjid diperuntukan bagi tiga provinsi. Masjid di Busan juga mencangkup wilayah Taegu dan Kyongnam. Walau mencangkup tiga provinsi, namun setiap ada kegiatan dimasjid, termasuk shalat jum’at nyaris tidak ada warga korea selatan yang terlihat.”paling banyak warga korea selatan yang ikut shalat jum’at  hanya lima orang,itupun sudah termasuk imam Yasir, yah beginilah kondisi islam di Korea  Selatan,” kata imam Nachrowi, TKI yang aktif di masjid Busan dan sering menjadi muadzin.

Yang paling banyak mewarnai aktivitas masjid Busan adalah warga Indonesia di Korsel. Selainitu ada pula beberapa warga Bangladesh dan Timur tengah lainnnya yang sering kesana. Masjid Busan dibangun diata lahan sekitar 3.500 m2. Masjid yang berada sekitar 400 m dari pintu keluar stasiun bawah tanah di daerah Dusil itu dibangun dengan bantuan dana dari pengusaha Libya bernama Ali B Fellagh pada tahun 1980. Bangunan masid terdiri atas tiga lantai. Ruang shalat berada dilantai dua yang dapat menampung sekitar 200 jmaah. Sedangkan lantai satu dan tiga menjadi tempat aktivitas uumat, termasuk toko produk halal. Masid ini juga memiliki ruang parkirdan gedung yang kini disewa warga Korsel untuk tempat pendidikan kanak – kanak bagi warga setempat. Sewa gedung dengan empat runag kelas iu sekitar 1 juta win (Rp 7,5 juta) per bulan.

Pengaruh budaya imam Yasir Lee Jong-eog  mengakui sulitnya mengembangkan islam di Korsel. Menurutnya, pada dasarnya semua agam sullit berkembang dengan baik d Korsel. Ia menjelaskan sikap rasional dan tradisi warga Korsel yang membuat mereka kurang bisa menerima ajaran agama. Masyarakat Korsel tak gampang percaya begitu saja terhadap kepercayaan suatu agama. Itu pula sebabnya banyak industri di Korsel ynag tidak bisa mengizinkan begitu saja karyawannya untuk bisa ikut shalat jum’at. “dari sekitar 44 juta  warga Korsel, komposisi pemeluk agama Budha, Katholik/ Kristen, dan atheis berimbang, masing – masing sekitar 30 persen. Sisanya sekitar 10 persen, adalah pemeluk agama lainnya. Misalnya Sinto, Konghucu, Islam (sekitar 44.000 orang)” kata Yasir Lee.
Budha merupakan agama turun temurun sehingga memiliki penganut cukup kuat dan mereka relatif patuh  memenuhi ajaran agamanya. Sementara itu jumlah penganut agama Kristen/ Katholik berkembang pesat sejak masuknya misionaris Barat ke Korselyang begitu agresif.

Jumlah bangunan gereja pun cukup menonjo disana. “tapi hampir pasti gereja – gereja itu kosong setiap ada kebaktian. Kalaupun ada umatnya , paling – paling hanya orang  tua. Istilahnya, rata – rata mereka menganut agama Kristen / Katholik hanya di KTP saja,” tutur Yasir Lee. Kendala utama pengembangan islam disana adalah benturan terhadap tradisi di Korsel. Dalam setiap acara apapun disana, hampir pasti masyarakata merayakan dengan minum – minuman keras. Malahan sebagai tanda berakhirnya perbedaan pendapat atau  perselisihan, mereka merayakannya dengan minum bersama sampai mabuk. “padahal islam melarang segala bentuk minuman keras , tentu masyarakat Korsel  belum bisa menerima ajaran ini. Itulah tantangan kita. Memang harus pelan – pelan untuk bisa masuk kesana ” ujar Yasir Lee yang sejauh  ini mengaku tidak ada hambatan serius dari pemerintah Korsel.

You Might Also Like

0 komentar





"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu"

_Ali bin Abi Thalib_

Like me on Facebook