Waria itu Membuka Mata Hatiku (The Journey of Dakwah)

13.28.00




Mungkin ini hanyalah kisah sederhana yang biasa kita jumpai dijalan maupun tempat umum. Dulu sebelum aku mengalami hal yang sungguh menyentak, aku tak mempermasalahkan kehidupan sosial yang umumnya bisa terjalani dengan lancar. Ketika pulang sekolah aku menyeberang sampai ketepi jalan untuk menunggu angkotan kota seperti biasanya. Tak kusangka seorang kakek yang belum teramat renta mendekat kearah dimana aku berdiri. Aku sungguh berprasangka yang bukan – bukan mengenai tingkah kakek tersebut. Mulai dari orang gila sampai orang yang mempunyai niat jahat terhadapku. Toh di era ini kejahatan bisa mencari jalan yang kita anggap tidak mungkin, pikirku. Untuk menghindarinya aku melangkah beberapa langkah darinya untuk menjauh. 

Namun usahaku untuk menjauh nampaknya sia – sia karena setiap ku melangkah kakek tersebut pun juga melangkah dengan hitungan yang sama denganku. Jalanan waktu itu amatlah sepi, mungkin karna cuaca mendung sore hari. Aku benar – benar memutar otak untuk menghindari dari sang kakek. Sekilas aku melihat kearahnya, nampaknya penampilannya berbanding terbalik dengan umurnya kini. Dengan kaos omblong yang cenderung lusuh dilengkapi rambut gimbal dan beberapa anting yang berderet ditelinganya. Aku sempat berpikir apakah ia mendekatiku untuk minta diseberangkan? Tapi nampaknya itu tidak mungkin karena ia tak mengatakan sepatah katapun, bahkan saat aku melihat kearahnya ia hanya membalas melihat kearah perhiasan yang kukenakan. Mataku menerawang keseberang jalan dimana orang berlalu lalang tapi kini sepi tanpa gerak – gerik manusia, yang ada hanya laju kendaraan yang melintas didepanku. 

Untuk memperjelas aku memberanikan diri bertanya kepada sang kakek apakah ia mau menyeberang atau tidak. Tapi tawaranku tak dijawabnya dengan ucapan, karena ia hanya melihat dengan tatapan kosong. Tiba – tiba diseberang jalan aku melihat seorang wanita paruh baya yang berpakaian amat seksi, hanya dengan tang top dan rok mini berwarna pelangi. Entah apa yang membuatnya melihat kearahku,  atau mungkin kerah kakek disebelah. Setelah mendekat ia ternyata bukanlah wanita, tepatnya waria.

 “Ayo kek gue seberangin” katanya menggandeng lengan kakek tersebut. 

Aku terpaku melihat semua itu, masyaAlloh! Ia sosok wanita setengah pria dengan pakaian tak wajar itu justru lebih tulus dari saya yang notabenenya perempuan berjilbab? Ia ternyata mempunyai pikiran yang lebih bijak serta positive thingking dariku yang sedari tadi sibuk mencari cara melarikan diri darinya, bukannya menolongnya. 

Dan bodohnya semua itu kulakukan karena aku melihat tampilan fisik sang kakek. Tapi hatiku bertanya mengapa sang kakek hanya diam membisu saat aku menawarkan bantuan? Ternyata ia tak bisa  berbicara alias bisu! masyaAlloh aku semakin dibuat menyesal dan merasa bersalah telah berkhusnudzon terhadapnya. Mataku berlinang saat ku mendengar pengakuan waria tersebut. ia sempat menyeberang kembali dan berjalan kearahku untuk sekedar mengatakan hal tersebut kepadaku. 

Hatiku nyiris dan rasanya kejadian itu seperti cambukan yang menyadarkan kekhilafanku. Islam mengajarkan umatnya untuk saling menolong dan memudahkan urusan orang lain, tapi apa yang ku lakukan? Bahkan dalam hadits kita dianjurkan membuang duri yang terhampar dijalan, tapi kini ketika seorang kakek bisu membutuhkanbantuan aku justru sibuk menerka dalam pikiran yang kelewatan begini. Asytaghfirulloh..

 Padahal hari ini aku belajar akidah akhlak dengan tema menolong sesama disekolah tadi. Didalamnya diajarkan kisah umat terdahulu beserta dalil dari al qur’an dan as sunah untuk memperkuat. Ternyata Alloh menguji apa yang baru saja aku pelajari disekolah. Ketika Alloh menguji sejauh mana implementasi dari pemahamanku tadi justru aku gagal dengan ujian tersebut. Aku belajar bagaimana menghargai orang lain atau menilai bukan hanya dari tampilan. Aku sungguh malu menyingkapi kejadian  ini. agaknhya tak pantas jika orang yang selalu belajar akhlak justru kalah dari seorang waria dalam  hal ketulusan, tepatnya hablu minannas.

You Might Also Like

2 komentar





"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu"

_Ali bin Abi Thalib_

Like me on Facebook