Celoteh
Sosialisasi Pembinaan Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan Bagi Dosen dan Mahasiswa Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014
09.24.00
Magelang,
5 November 2014. Stimik Tunas Bangsa Banjarnegara berperan aktif dalam
sosialisasi yang diselenggarakan oleh dinas provinsi Jawa Tengah. Seluruh PTS
(Perguruan Tinggi Swasta) dan PTN (Perguruan Tinggi Negeri) se- karisidenan
Banyumas dan Kedu ikut berpartisipasi
dalam kegiatan ini. Sosialisasi dilaksanakan dua hari, dimulai dari tangal lima
hingga enam November dengan beberapa narasumber yang berbeda pada tiap sesinya.
“Kegiatan
ini adalah angkatan ke empat periode kedua setelah sebelumnya dilaksanakan di
Surakarta dengan anggaran satu milyar” Terang Suprapto S.Sos, Msi selaku ketua
panitia penyelenggara.
Di
era gloalisasi ini, bangsa Indonesia mengalami krisis kebangsaan, ideologi,
karakter dan identitas. Hal ini ditandai dengan maraknya penyalahan hukum dan
memanasnya isu kenegaraan. Indonesia adalah negera berkembang dengan segala SDA
(Sumber Daya Alam) yang melimpah. Nyiris memang, Bangsa yang mempunyai ladang
luas harus impor bahan pangan dari negeri seberang. Bahkan yang lebih nyiris
lagi ketika barang setengah jadi asal Indonesia harus kembali ke asalnya dengan
merk dagang luar negeri.Lalu apakah yang menjadikan suatu negara terbilang
sebagai negara maju? Ini adalah pekerjaan rumah yang harus terselesaikan jika
kita tidak ingin bangsa yang besar ini hanya menjadi sejarah bagi anak cucu
kita kelak.
Melimpahnya
sumber daya yang dimiliki bangsa ini agaknya belum bisa menjadi tolak ukur
untuk bersaing secara global. Suatu negara dikategorikan menjadi tiga, yaitu
negara maju, berkembang dan miskin. Usia atau umur suatu bangsa tidak bisa
menjamin majunya negara tersebut. Kita bisa melihat Mesir dan India yang
mempunyai peradaban 2000 tahun akan
tetapi masih kalah saing bahkan mengalami konflik berkepanjangan. Luasnya lahan
juga bukan takaran suatu negara dikatakan maju. Kita bisa melihat hal ini
dipelupuk mata kita sendiri sebagai warga negara Indonesia, dimana lahan yang
amat luas justru hanya dikeruk oleh perusahaan asing dan kita sebagai tuan
rumah hanya bisa melihat serta merasakan akibat atau dampak buruk ketika alam
kian murka. Sekilas melihat Swiss, negara yang hanya memiliki 11% lahan yang
bisa ditanami justru terkenal menjadi negara penghasil cokelat terbaik di
dunia.
Lalu
bagaimana nasib perkebunan cokelat di tanah air ini? Lalu faktor apa yang
menjadikan suatu negara dikatakan maju, jika umur suatu bangsa atau SDA tidak
menjamin negara itu bisa maju? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh pusat
informasi dunia, sikap dan perilaku warga negara yang telah dibentuk sepanjang
tahun sehingga menjadikan mayoritas penduduknya mengikuti aturan itulah yang
mampu mengangkat derajat suatu bangsa menjadi predikat maju.
“Adanya
isu akuntabilitas hukum, isu globalisasi dan pemulihan dalam negeri yang jika
tidak diselesaikan akan mengarah pada disintegrasi bangsa Indonesia, Untuk itu
kami selaku Pemerintah pusat dan Jawa Tengah akan mensosialisasikan wawasan
kebangsaan sebagai amanat dari UU Otonimi daerah, Melalui sosialisasi ini kami
berharap akan terpatri komitmen pada permasalahan sosial dan senantiasa belajar
untuk menyelesaikan permasalahan bangsa secara sinergis, efisien, dan efektif
sebagai warga negara” Dalam sambutan Kepala Dinas Pendidikan Provonsi Jateng
yang di bacakan oleh Dra. Endang Purnomo Retno, MM
Dalam
sosialisasi ini dikenalkan juga apa itu ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah
Airku) yang memang dikenalkan untuk pertama kalinya di Jawa Tengah. Tidak lepas
dari usaha pemerintah untuk menanamkan nasionalisme dikalangan pelajar,
sebelumya telah dibagikan kaset yang berisi lagu – lagu kebangsaan kepada
seluruh sekolah dengan harapan melalui lagu, generasi muda bisa mendalami makna
yang terkandung didalamnya. Pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui
jalur pendidikan bisa juga melalui integrasi dalam kurikulum dan integrasi
dalam kegiatan kemahasiswaan.
Kegiatan
seperti ini seyogyanya menjadi acuan bagi mahasiswa serta dosen dalam berperan
membangun kejayaan bangsa. Ini adalah bentuk perhatian pemerintah pada generasi
muda bangsa Indonesia. Sesi terakhir dari sosialisasi ini adalah membentuk RTL
(Rencana Tindak Lanjut) sebagai real
action untuk mengimbaskan nasionalisme melalaui wawasan kebangsaan yang
didapat. Sebagai hasil akhir dan bukti kerja nyata, mahasiswa membentuk even
atau kegiatan yang akan di laksanakan di daerahnya berdasarkan landasan teori
kebangsaan yang telah dimiliki. Semoga usaha pemerintah bisa membuka mata kita
untuk peduli pada kejayaan bangsa. Yakinlah bangsa ini akan jaya pada masanya
jika warga negaranya peduli akan bangsanya.
Sesi presentasi RTL (Rencana Tindak Lanjut) oleh Mahasiswi STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara |