Gadis Jagoan (Flash Fiction Mengharukan untuk Seorang Bapak)

07.54.00

"Assalamu'alaikum, bapak?"

Berharap ada jawaban dari suara penuh penuh wibawa seorang bapak. Tapi itu imposible bagiku dan dunia ini. Mana mungkin orang yang sepuluh tahun lalu telah berpulang bisa menjawab salamku. Ada  rasa nelangsa yang mendalam. Mengenang setiap senyuman serta tutur kata penuh kewibawaan yang dulu selalu ku dapat. Bapak, tahukah anak gadismu disini mengenang segala tentangmu?

Setiap pukul 01.00 dini hari aku berbalut sarung milikmu sembari menonton acara TV kesukaanmu. Disalah satu stasion tv engkau dan aku menonton gelar pertunjukan tinju. Engkau begitu khitmat pada setiap pukulan lawan yang dilontarkan kearah jagoanmu, sedangkan aku hanya membisu dalam hangatnya sarung yang kuambil darimu. Aku hanya melihat tanpa faham apa yang ku tonton. Yang kutahu aku ingin menjalani kebersamaan bersamamu, Bapak.
sesekali aku menggodamu dengan gayaku menirukan jagoanmu, sedang kau hanya tersenyum sembari membela diri dari pukulanku. Aku merasakan kebahagiaan menjalar kesetiap aliran darahku saat melihat senyummu, bapak.

Dan ketika pagi menyingsing, engkau menuntunku berkeliling desa tanpa alas kaki. katamu agar kerikil kecil bisa melancarkan aliran darahku lewat kerikil yang kupijak. Agak sakit memang, tapi tuntunan tangan penuh kasih sayang menguatkanku. Bisa seharian penuh kuhabiskan denganmu dulu. Hingga ibu terkadang geram saat ku membolos belajar dan memilih bermain bersamamu. Bapak, andai saja sesekali kau dengar isi hatiku dari surga sana, mohonkanlah agar Tuhan memberikanku kesempatan untuk menjadi gadis kebanggaanmu yang bisa menjadi awan teduh bagi keluarga.

Bapak, kalau saja engkau tahu bahwa waktu tak akan meluluhkan rasa rinduku. Sepuluh tahun sudah ku lalui hari tanpamu, tetap saja aku rindu. Ibu berkata jika kau ikhlas menerima takdir dan karena terbiasa maka bapak akan lebih bahagia disurga sana.
Benarkah itu bapak?

Benarkah kau bisa lebih bahagia tanpa gadis kecil yang selalu berlindung dibelakangmu dulu?
Akulah gadis kecil yang amat nakal dulu. Kini akulah wanita yang meniti hidup dengan membangun kebahagiaan tanpa hadirmu disisi kami. Andai saja takdir bisa ku rubah. ah bukan itu saja! andai saja waktu bisa kuhentikan, maka saat - saat kebersamaan denganmu itulah yang akan kuhentikan, Bapak. Agar Tuhan tak bisa memanggilmu dalam waktu yang terus bergulir.

Tapi sekali lagi itu diluar kuasaku. Tahukah kau Bapak, lima tahun yang lalu aku merasakan kau datang disisiku. Kau masih gagah dengan jas hitam serta peci hitam. Aku melingkarkan tanganku memelukmu. Aku merasakan kehangatan seperti dulu malam itu. Kehangatan kasih sayang dari sosok penuh wibawa dalam keluarga. Remang - remang ku beranjak mencari saklar lampu. Kuraba setiap jengkal tembok kamar depan, tapi tetap nihil. Aku tak bisa menghidupkan lampu. kasihan bapak jika harus tidur dalam kegelapan karena ku tahu betul kau tak pernah memadamkan lampu saat kau tertidur. Masih belum menyerah aku menggunakan instingku dalam kegelapan malam untuk menghidupkan lampu kamar depan.

Gubrakkk....
Aku terjatuh saat kakiku tersangkut barang yang tak bisa kulihat seperti apa bentuknya. Tiba - tiba ibu membuka pintu serta menghidupkan lampu. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Bagaimana bisa kini aku berada di kamar tengah, sedangkan semenit yang lalu aku masih bisa merasakan aku tidur bersama bapak dikamar depan. Pantas saja saklar lampu tak kutemui karena letak lampu antara kamar depan dan kamar tengah memang berbeda.

"kau mencari apa nak?" tanya ibuku yang nampak khawatir melihatku terpaku dalam kebingungan.

"Bapak sih kemana? tadi aku mau ngidupin lampu buat bapak tapi malah kesandung"

Aku tak tahu ibu mengapa ibu seketika itu bercucuran air mata. Sedang aku masih dalam posisi bingung yang amat sangat.

"kau dari tadi tidak tidur dikamar depan nak, dan kau tidur sendirian. relakanlah bapakmu yang telah pergi lima tahun yang lalu" kata wanita paruh baya itu sembari memelukku.
Bapak, tahukah malam itu akau berhalusinasi karena rinduku padamu yang amat dalam?
Karena itu bapak, aku ingin bertanya padamu "Bapak, bahagiakah kau disurga?"

Jika jawabmu ia, maka tak ada alasan untukku merindumu lagi seperti semenit yang lalu. Bukankah dulu kau ajarkan padaku untuk menjadi kuat seperti jagoanmu? karena itulah aku ingin menjadi kuat fisik dan mental seperti jagoanmu. Biar ku katakan pada dunia bahwa aku memepunyai bapak yang amat hebat dan ku pamerkan kepada semesta betapa aku menyayangimu, Bapak.

You Might Also Like

0 komentar





"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu"

_Ali bin Abi Thalib_

Like me on Facebook